slide 1

Djakarta Vespa UIN ??

Slide 2

Ngabuburit depan Tarbiyah

Slide 3

xxx

Slide 4

xxxx

Parkir

Pesanggrahan

Senin, 20 Januari 2025

Toubat ke 19 - Sentul - Bogor

 Toubat ke 19 - 

Pergantian pengurus yang ke 6 








Tulisan Tahun 2025

Sudah Tahun 2025 


Haha akhirnya bisa dibuka. Lama sudah tidak menulis. 

kira kira mau bahas apa ya ? Vespa atau kegiatan komunitas nya ? tapi apapun itu. The djavu masih menjadi wadah. menjadi Wasilah atau jalan yang bisa membuat tali silaturahmi antar orang didalam nya masih terjaga. terlepas masih ada kendaraan nya (vespa) ataupun sudah tidak ada. jadi vespa hanya perantara saja. apalagi ya kira kira " 

Selanjutnya. diumur yang ke 20 tahun ini ya mungkin, kalo dihitung dari 2005 an sejak dinyatakan berdiri oleh para punggawa awal- atau pelopor mungkin ya. ya sangat bersyukur masih bisa bertahan hingga saat ini. dan hanya silaturahmi saja tujuan nya. untuk touring atau lain nya itu hanya bonus saja. menurut penulis. 



Senin, 16 September 2019

Masih Pantaskah Saya The Djavu ?

The Djavu dengan nama kepanjangan Djakarta Vespa Uin yaitu Komunitas Mahasiswa Pecinta Vespa UIN Jakarta. Sebuah komunitas kecil namun cukup berumur karena telah berdiri sejak 2005 yg pada waktu itu masih ada kelas extensi, yaitu kelas pagi dan kelas malam.
Komunitas ini terbentuk karena kesatuan hobi namun tidak luput oleh rasa memiliki.
Berangkat dari kebersamaan maka timbulah rasa solidaritas kemudian muncul juga rasa kekeluargaan. Berangkat dari hal tersebut The Djavu memegang teguh asas Kekeluargaan. Dimana solidaritas totalitas loyalitas menjadi satu dengan rumpun kekeluargaan. Jikalau penulis gambarkan arti dari kekeluargaan adalah apabila satu keluarga sedang bersedih maka seluruh keluarga pun akan merasakan kesedihan 5nya. Begitu pun sebaliknya.
The Djavu bagi penulis adalah realisasi dari kata kata susah senang bersama.
Bukan bermaksud terlalu berlebihan, namun hal ini yang penulis rasakan tentu berdasar pada pengalaman.
The Djavu bukan bagian dari UKM kampus atau Organisasi Internal maupun LSO Fakultas yang mempunyai SK serta Legalitas Resmi dari pihak kampus UIN Jakarta, namun hasil karya Program sosial atau program lain nya yg dirangkai oleh kawan kawan The Djavu telah memperoleh apresiasi dari beberapa kampus juga segelintir masyarakat, sedikitnya nama Kampus UIN jakarta selalu tetap harum dikenal sebagai almamater yang menaungi komunitas ini. Semoga ungkapan ini jauh dari arti membanggakan atau meninggikan, tujuan nya hanya sebagai pengetahuan.
The Djavu dapat memberikan warna warni dalam kehidupan, khususnya kehidupan di lingkungan kampus UIN Jakarta yang penuh keberagaman suku, adat, budaya, organisasi, dan lain sebagainya. Proses pembelajaran, pengalaman, pendewasaan, kemandirian juga perjuangan bisa penulis dapatkan di komunitas ini. Sebagai Komunitas, The Djavu tidak bisa disandingkan dengan organisasi besar sekelas Hmi, Pmii, Imm, dan lain sebagainya. yang memiliki banyak ‘apa-apa’ dan memiliki peran yang langsung yang bisa dirasakan oleh Anggotanya. The Djavu ‘hanya’ komunitas Mahasiswa pecinta Vespa yang tidak bisa menjamin Anggota nya Sejahtera. Apalagi menjamin Anggota nya masuk didalam lembaga pemerintahan maupun lembaga non pemerintah. Uraian Ini sangat jauh sekali barangkali perumpamaan ini sangat berlebihan.
Namun menurut pengalaman pun cerita yg menjadi realita, banyak jebolan dari organisasi besar seperti HMI atau PMII yg dimana, kader nya sangat banyak menduduki posisi strategis di pemerintahan maupun non pemerintahan. Banyak tokoh yg kita kenal umpama Jusuf Kalla atau Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden, beliau adalah bagian dari organasi besar tersebut, Namun hal ini pula tidak didapatkan dengan begitu mudah dan Sia-Sia. Ibaratnya kalo kata orang Ciputat "Tidak ada makan siang Gratis" pasti banyak perjuangan juga perorbanan yg telah dilalui begitulah kiranya. Mungkin hanya selingan dari pengetahuan penulis saja hehe.
Sifat kemandirian dari sosok Komunitas The Djavu ini yg membuat penulis merasa Terkagum-Kagum bahkan kadang merasa heran ketika The Djavu lebih dikenal dengan Kegiatan Sosial nya, ya walaupun masih dikenal Urakan oleh sebagian orang, tapi memang benar kenyataan.
Namun Penilaian serta sebutan The Djavu masih eksis dalam kegiatan sosial, ini menjadi refleksi penulis, bahkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh Anggota The Djavu, juga menjadi sebuah pertanyaan bagi seluruh Anggota The Djavu. Apakah lontaran tersebut masih akan tetap di sematkan ? Atau hilang tidak dilanjutkan hanya menjadi kenangan ?
Seluruh Perhelatan kegiatan Sosial The Djavu yang sudah diagendakan dari tahun ke tahun, contohnya : Aksi dedikasi Vespa untuk Masyarakat ( Adventura ) , Khitanan Massal, Vespa Berbagi Berkah, Vespa Bernabung, Bakti sosial bencana alam, juga kegiatan kemanusiaan lain nya.
Apakah dari beberapa kegiatan tersebut masih bisa digapai dan diteruskan oleh seluruh Anggota The djavu ?
Suatu pertanyaan yg harus dijawab dengan pengaplikasian, dan keseriusan dalam menyikapi dan jawaban bagaimana nasib The Djavu selanjutnya ?
Perlu diketahui Apa yang penulis lakukan ini tidak lebih dari sekedar refleksi tentang The Djavu yang jauh dari memenuhi syarat untuk dikategorikan ‘ilmiah.’ Penulis melihat The Djavu dengan kapasitas pengetahuan seorang Anggota biasa.
Rasa memiliki atau biasa disebut dengan sense of belonging bukanlah sesuatu yang terlihat, tetapi muncul dalam wujud energi positif untuk menjaga dan merawat komunitas di setiap situasi dan keadaan. Kesadaran setiap pihak di dalam komunitas untuk memiliki sikap, perilaku, kualitas, dan tindakan yang menjaga perusahaan dari setiap potensi masalah secara utuh adalah benih untuk munculnya rasa memiliki. Kesetiaan dan rasa memiliki adalah bagian dari pengabdian yang diberikan kepada The Djavu.
Intinya Celoteh serta coretan ini sebagai Self reminder khususnya bagi penulis, umumnya bagi seluruh keluarga besar The Djavu. Karena amat disayangkan ketika kegiatan kemanusiaan yg telah diluncurkan dan terhitung agak lumayan untuk diketahui perorangan, akan hilang begitu saja tanpa keberlanjutan.
Tutur senior yg mengibaratkan komunitas ini sebagai Macan, Dia berkata bahwa The Djavu sudah tidak ada Taring nya akan semakin nyata jika benar kegiatan serta kebersamaan nya mulai hilang.
Penulis sudah terpikir Alangkah sedih nya para sesepuh terdahulu yg sudah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran serta materi yg tak bisa diulangi lagi. Ada Tutur Mereka (Sesepuh The Djavu) yang menyadarkan penulis, bahwa nafas dari komunitas ini adalah Silaturahmi, maka ketika Silaturahmi sudah tidak ada lagi, artinya menandakan bahwa komunitas ini sudah mati kalau tidak berjalan nya Silaturahmi dan Rasa Memiliki.
Mengutip tulisan yg menurut penulis juga sebagai keresahan serta Self Reminder dari senior Ciputat yaitu Ang Zen Zainal dari blog pribadinya mengumpakan bahwa
Rasa memiliki itu memberi, bukan diberi. Dalam rasa yang seperti ini, pola interaksinya adalah: “aku” dan “kamu” bukan “aku” dan “sesuatu”. Dalam pola seperti ini, kita memposisikan masing-masing pasangan sebagai manusia yang punya keinginan, punya otonomi dan kemandirian, punya ego. Karena itu dalam pola yang seperti ini pasangan "berdiri sama tinggi duduk sama rendah" dan saling menghormati. Dalam pola seperti ini, tak ada keinginan salah satu harus menjadi apa yang diinginkan oleh yang lain. Keduanya harus menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi apa yang diinginkan pasangannya. Karena itu rasa memiliki seperti ini adalah yang “menjadi”. Satu model rasa memiliki yang dinamis dan senantiasa dibentuk dalam perjalanan. Berdialektika menaiki tangga tanpa henti. Berproses untuk semakin dewasa, semakin mawas diri, semakin arif, semakin militan dan lain-lain.
Dan seharunya rasa memiliki di The Djavu ini adalah cinta “memberi”. Karena itu pulalah orang bijak berkata: jangan kau tanya apa yang telah kau dapatkan dari bangsamu, tapi bertanyalah apa yang telah kau berikan buat bangsamu itu.
Kalau ada seorang anggota yang masih berpikir dirinya tidak mendapatkan apa-apa dari The Djavu, seperti penulis, maka anggota tersebut belumlah menghayati bagaimana seharusnya dia menghidupi The Djavu. The Djavu tidak bisa memberikan apa-apa. Kita yang harus memberi, karena menurut Fromm, ketika kita memberi, maka kita menerima. Menerima adalah konsekuensi logis dari tindakan memberi.

Seharusnya seperti itulah kita menghidupi The Djavu.
Semoga ini menjadi kaca cerminan untuk penulis sendiri.

Sekian Terima Kasih

Sabtu, 07 September 2019

Arak-Arakan Vespa Sebagai Ungkap Syukur

Wisuda merupakan bagian dari momentum penting dalam kehidupan seseorang yg bergelut dengan perkuliahan pada jenjang perguruan tinggi. Wisuda juga merupakan momentum dari berakhir nya masa perkuliahan pada jenjang yg dialami seseorang entah S1 atau S2 dan S3 dan seterusnya.
Wisuda adalah upacara peneguhan atau pelantikan bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan. Di kalangan akademik, wisuda merupakan penanda kelulusan mahasiswa yang telah menempuh masa belajar pada suatu universitas. Biasanya prosesi wisuda diawali prosesi masuknya senat perguruan tinggi yang terdiri dari rektor dan para pembantu rektor dengan dekan-dekannya guna mewisuda para calon wisudawan. Dalam menyelenggarakan wisuda, tiap perguruan tinggi memiliki agenda yang tidak sama. Ada yang dilakukan setiap tahun, tetapi ada juga yang setiap semester, menyesuaikan kalender akademik.
Pada umumnya, calon wisudawan mengenakan pakaian yang sudah ditentukan, swperti pakaian pria menggunakan hem putih dan celana hitam bersepatu hitam, pakaian wanita menggunakan kebaya tradisional tipis dengan kain batik dan bagian luarnya mengenakan toga.
Tujuan nya bukan lain dari disahkan nya gelar yg didapat dengan simbol memindahkan tali toga oleh rektor atau pimpinan perguruan tinggi. Prosesi wisuda selalu di indahkan dengan kedatangan keluarga, sahabat, teman, pacar bahkan mantan pacar kalo datang heuheu.
The djavu (Djakarta Vespa Uin) sebagai Komunitas Mahasiswa pecinta vespa di lingkungan kampus UIN Jakarta. Yang notabene beranggotakan Mahasiswa, kurun waktu 5 tahun belakangan ini sering meramaikan khazanah kegiatan Wisuda yang di selenggarakan oleh Kampus UIN Jakarta tiap tahun nya. Yaitu dengan mengadakan arak arakan Vespa di lingkungan Kampus UIN Jakarta dengan tujuan sebagai selebrasi dan rasa syukur para wisudawan atau wisudawati, juga sebagai bentuk apresiasi dari seluruh anggota kepada para wisudawan dan wisudawati yang telah mampu meyelesaikan masa studi nya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kegiatan tersebut bertemakan "Siapa Bilang Scooterist tidak bisa Sarjana"
Alasan mengambil tema demikian adalah sebagai bentuk pembuktian diri juga pembuktian komunitas bahwa anak vespa (Scooterist) yang dikenal masyarakat adalah urakan, suka jalan-jalan, dan pastinya anak tongkrongan ternyata bisa juga menjadi wisudawan.
Selain itu kegiatan ini diwarnai dengan pemasangan banner atau baliho berisi foto para wisudawan tentunya dengan vespa kebanggaan nya, maksud lain dari kegiatan ini yaitu semoga bisa menjadi acuan motivasi bagi para anggota yg belum menyelesaikan studi nya, terutama bagi anggota yang sudah merasa menjadi mahasiswa tingkat akhir, lumrahnya dikalangan sem 7 dan seterusnya, hal yang menarik dari Arak-Arakan Vespa adalah selalu menjadi pusat perhatian masyarakat yg hadir di lingkungan kampus selepas prosesi wisuda. Mungkin dari alunan suara knalpot Vespa yang khas, ditambah kepulan asap yg lumayan tebal namun masih kalah kalo dibandingkan dengan kebakaran hutan di indonesia hehe. Hal lain yang menjadi pusat perhatian adalah suara klakson vespa yang khas bunyi nya juga penampilan anggota yang ikut serta selalu menjadi pemglihatan banyak orang mungkin karena urakan atau bisa jadi karena kebisingan hehe.
Namun hal ini tetap saja di bolehkan oleh pihak keamanan, asalkan tidak terlalu berlebihan.
Pesan yg bisa diambil dari kegiatan ini yaitu pembuktian dari masing masing diri, setidaknya menjadi self reminder bahwa hobi tidak mengalahkan studi. Mengingat tujuan awal dari masing masing diri untuk masuk perguruan tinggi adalah untuk studi. Karena studi merupakan tanggung jawab masing-masing diri.
Intinya Kegiatan ini menandakan ungkap Doa serta Syukur dan Apresiasi bahagia atas pencapaian gelar yang disandang oleh para wisudawan.
Semoga perhelatan kegiatan ini bisa terus berjalan sebagaimana yang sudah terjadi bahkan harus menjadi tradisi.
Sekian Terimakasih

- Kang Fakhri

Rabu, 04 September 2019

Refleksi Tahun Baru Islam

Tahun Baru Islam merupakan suatu hari yang penting bagi umat Islam karena menandai peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam yaitu memperingati penghijrahan Nabi Muhammad saw. dari Kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 1 Muharramtahun baru bagi kalender Hijriyah. Namun Tahun Hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah itu diambil sebagai awal perhitungan bagi kalender Hijriyah.
Penetapan ini adalah untuk mengenangkan betapa pentingnya tanggal hijrah yang menjadi perubahan paradigma dalam sejarah agama Islam yang mana pertama kali dalam sejarah Islam seorang nabi dan rasul membentuk pemerintah dengan segala kesulitan dan berhasil membuat hubungan diplomatik dengan beberapa negara serta menyampaikan dakwah Islam secara global sehingga Islam tersebar ke merata dunia.
Tahun Baru Islam adalah salah satu hari penting bagi Umat Islam yang diperingati sebagai perayaan kedatangan tahun baru dari penanggalan Islam. Di Indonesia, Tahun Baru Islam dikenal dengan nama Muharram.

Di Negara Indonesia, banyak sekali tradisi yang dilakukan orang Indonesia untuk merayakan Tahun Baru Islam. Beberapa dari tradisi ini tidak dapat ditemukan ditempat lainnya, selain di Indonesia. Bahkan di belahan dunia juga ramai ikut memperingati hari besar islam

Di beberapa daerah pedesaan di Jawa Timur Indonesia, para umat muslim mempersiapkan beberapa sesaji untuk bersyukur kepada Tuhan. Beberapa sajian ini biasanya terdiri dari buah-buahan, sayur-mayur, dan beras. Sesaji atau Gunungan digelar di pusat lokasi perayaan.
Setelah seluruh sesaji terkumpul, sebuah ritual yang dikenal dengan istilah “Larung Pendam Saji” kemudian ditampilkan. Ritual upacara ini bertujuan untuk memohon anugerah dari Tuhan. Disamping itu, ritual ini juga merupakan wujud syukur dari komunitas penduduk desa ini terhadap karunia yang telah dianugerahkan Tuhan kepada hasil pertanian mereka.
Beda hal dengan yang dilakukan masyarakat jabodatebek dan sekitarnya umumnya, beberapa Umat Muslim memperingati hari raya ini dengan berparade. Selama parade berlangsung, para peserta juga melakukan doa bersama sebagai bentuk refleksi hidup mereka.
Parade tersebut lebih familiar disebut Pawai Obor. Lantas rutinitas ini pula yang pernah dialami penulis sejak kecil.

Terlepas dari makna hijrah atau hijriyah yg dimana peringatan atas kejadian berpindah nya Nabi besar Muhammad Saw. Momentum ini menurut penulis merupakan bagian dari kultur dan budaya. Jika dilaksanakan dengan niat baik tertin dan khidmat. Sehingga tujuannya sebagai tradisi yang diwariskan turun temurun, juga merupakan sebagai pendidikan sejarah dengan maksud agar umat muslim selalu bersyukur dengan kedatangan tahun baru islam. Tentunya dengan melakukan amalan doa akhir tahun dan awal tahun, hal ini pula merupakan salah satu bagian dari ibadah. Karena doa, dzikir serta melakukan kebaikan adalah upaya untuk menggapai pahala atau reward dari Tuhan semesta Alam.

-KangFakhri

Selasa, 27 Agustus 2019

Struktur Kepengurusan Komunitas Mahasiswa Pecinta Vespa UIN Jakarta
The Djavu – Djakarta Vespa Uin Periode 2017 – Sekarang

Ketua Umum :
Wakil Ketua  Umum :
Fakhri Muhammad
Ade Sulaiman 
11140430000041 11140210000096
Syariah Hukum 2014 Adab Humaniora 2014

Sekretaris Umum : Bendahara Umum :
Azka Dwi Asa Muhammad Fajar 
11140840000073 111504330000119
Ekonomi 2014 Syariah Hukum 2015

Kominfo :         Koordinator Harian :
Girindra juan Zemil Ghairi
111505410000065 11140510000193
Fidkom 2015 Fidkom 2014 

Jumat, 23 Agustus 2019

Cuitan 13th The djavu

Seperti biasa, komunitas vespa gua, selalu ngadain acara tahunan, memperingati ulang tahun komunitas. Dari awal berdirinya Djakarta Vespa UIN, pada tahun 2005, selalu mengadakan touring bareng temen-temen Djavu. Pada 2005, atau awal pertama kali The Djavu berdiri dengan beberapa jumlah orang yang masih terhitung sedikit, mereka berangkat ke pantai Anyer.






Itu lah awal pertama mereka mengadakan TOUBAT (Touring Bareng Teman).

Sampai sekarang, maka pada tahun ini komunitas gua berumur 13 tahun. Atau kalau seumur anak kecil ya, baru masuk SMP. Udah mulai kenal yang nakal-nakal atau malah sebaliknya, hanya berdiam diri di kamar bermain Play Station atau Mobile Legend. Tidak ada yang salah, asal masih dalam batas wajar. Sama seperti komunitas gua ini, yang masih kadang nakal dan juga hanya berdiam, namun semua itu adalah proses menuju kehidupan yang sebenarnya.

Untuk ukuran komunitas di UIN, The Djavu salah satu yang tua, karena sudah melebihi satu dekade, dari yang awalnya gua belum masuk, sampe gua belum keluar juga dari kampus ini haha.

Pesan senior ke The Djavu yang selalu disampaikan di TOUBAT adalah "DJAVU harus ada walaupun UIN udah engga ada". Kata-kata ini kalau menurut gua, dalem banget, yang intinya adalah ya silaturahmi antar anggota komunitas harus tetap dijaga, bahkan bukan hanya anggota, tapi kepada komunitas-komunitas lainnya. Karena silaturahmi salah satu cara untuk memperpanjang umur seseorang, dalam kasus ini komunitas.

Menjaga silaturahmi sebeanrnya sesimpel kita masih bisa nongkrong bareng, saling tau kalau masing-masing dalam keadaan sehat dan engga ada masalah. Karena biasanya sesama keluarga, kalau ada yang sakit satu, yang lain ikut sakit. Sama seperti badan kita, kalau kita jatuh, yang patah tangan kanan, tapi mata kita bisa ikut menangis. Setidaknya kita saling tau kalau masing-masing kita masih saling memiliki dan saling terikat oleh pertemanan.

Untuk masalah nongkrong, Djavu nomer satu, karena setiap hari ada aja yang nongkrong di kampus. Gua bangun tidur cek grup whatsapp juga pasti ada aja yang nyaut, "sc nih". Anak-anak basis Student Center, yang nongkrong di SC, namanya juga Student Center, tempat ngumpulnya mahasiswa dong. Ya makanya dioptimalkan untuk ngumpul. Kalau lu main ke UIN, datanglah ke SC, liat betapa banyak mahasiswa yang duduk-duduk, berdiskusi, push rank dan yang lainnya.

Gua kadang juga nyempetin ke sana untuk ngobrol sama anak-anak, sekalian buka-buka skripsi, biar kesentuh dan ga males.

Alhamdulillah, semenjak gua masuk komunitas ini, engga pernah ketinggalan untuk ngikut ulang tahun ini, sekalian touring, gua juga bisa ketemu senior-senior yang udah membangun Djavu ini. Biasanya sabtu malem ada kumpul-kumpul dan sharing sama anak-anak.

Tapi sayangnya, tahun ini kurang intim, karena senior yang datang pada saat sharing sangat dikit, jadi kita cuma ngobrol-ngobrol sesama anggota. Senior baru ngasih sambutan di siang saat hari H pulang ke rumah.

Ohiya, seperti biasa, Toubat ini akan didatangin komunitas vespa lain, tahun ini kedatangan SCGD UIN Bandung dan beberapa komunitas vespa di sekitar Tangsel. Jadi lumayan rame di parkiran motor, minggu pagi gua coba itung motor yang datang, kira-kira ada 43 motor yang parkir di sana. Dari vespa tahun jadul sampe vespa matic. Bahkan, papa ilham bawa vespa modif yang dijadiin kaya tank dan dia bukan cuma ke puncak, tapi langsung tembusin ke Bandung sama anak-anak SCGD.

Untuk komunitasku, semoga selalu sehat semua anggota dan selalu menjadi tempat pulang. Gua gatau apa-apa nih kalau engga ada lu, Djavu.



Semoga panjang umur.

Diri makin membumi, kualitas makin melangit. 



Oleh : bachrul alam